Static Routing dan Dinamic Routing
Perkembangan
IT saat ini menuju dengan konsep-kosenp social networkingnya, openess, share,
colaborations, mobile, easy maintenance, one click, terdistribusi / tersebar,
scalability, Concurency dan Transparan, Saat ini terdapat trend teknologi yang
masih terus digali dalam penelitian-penelitian para pakar IT di dunia, yaitu
Cloud Computing.
Routing
adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari satu jaringan
ke jaringan yang lain. Rute ini disebut
dengan route dan informasi route secara dinamis dapat diberikan ke router yang
lain ataupun dapat diberikan secara statis ke router lain.
Konsep
dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan paket-paket IP berdasarkan
pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP
address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entri;
suatu entri yang menyatakan kepada router ke mana paket selanjutnya harus
diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entri yang ada dalam routing table, dan
tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut.
Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat
dan benar.
Agar
isian pada tabel routing tepat dan benar, maka perlu bantuan dari adminstrator
untuk mengisikannya, oleh karena itu routing static adalah pilihan tepat untuk
membangun sebuah jaringan, terutama untuk jaringan berskala kecil
Apabila
jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka
perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic
routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing.
Protokol ini didesain untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis
mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi
routing yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routing didesain tidak hanya untuk
mengubah ke rute backup bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain
untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh
admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat
tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan oleh Routing Dinamic.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami kelompok 8
akan membahas mengenai static routing dan
dynamic routing.
Berdasarakan
latar belakang diatas, dapat dikemukaan beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasi yaitu:
1.
Apa itu routing static dan dinamyc?
2.
Apa saja contoh dari routing static dan dinamic?
3.
Bagaimana konfigurasi routing static dan dinamic ?
Dari identifikasi
maslah diatas maka kami akanmembatasi ruang lingkup pembahasan yaitu:
1.
Makalah ini hanya membahas mengenai routing static dan dynamic.
2.
Contoh-contoh protocol dari routing static dan dynamic
3.
Konfigurasi routing static dan dynamic
Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi maslah, dapat dirumuskan permasalahkan yang akan
diselesaikan yaitu bagaimana konsep peroutingan routing static dan routing
dynamic.
Tujuan yang bisa didapat dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa itu Routing
static dan dinamic
2. Untuk mengetahui jenis-jenis protocol dari Routing static dan
dinamic.
3. Untuk
mengetahui bagaimana cara mengkonfigurasikan Routing static dan routing dinamic.
Routing adalah proses
pengiriman data dari satu host dalam satu network ke host dalam network yang
lain melalui suatu router. Agar router dapat mengetahui bagaimana meneruskan
paket paket ke alamat yang dituju dengan mengunakan jalur terbaik, router
menggunakan peta atau tabel routing. Table routing adalah table yang memuat
seluruh informasi IP address dari interfaces router yang lain sehingga router
yang satu dengan router lainnya bisa berkomunikasi.
Bila kita mengacu pada
pemodelan OSI (Open System Interconnection),
maka proses routing terjadi pada Layer 3 (Network Layer). Karena terjadi
pada Layer Network, maka proses routing erat kaitannya dengan pengalamatan
logika atau IP Address. Untuk bentuk data yang akan diolah pada proses routing
adalah packet yang merupakan Protocol
Data Unit (PDU) di Layer 3, dimana Protocol
Data Unit yang diolah di Layer 1 disebut bit, Layer 2 disebut frame,
Layer3 disebut packet, Layer 4
disebut segmen sedangkan Layer 5
sampai 7 disebut data.
Didalam tabel routing informasi
routing akan disimpan dalam bentuk entry-entry
route (rute). Setiap entry route akan menunjukkan network address dari network
yang dapat dituju oleh router tersebut. Entry
route ini juga berisi tentang informasi bagaimana cara mencapai network
tersebut. Entry Route pada tabel
routing tersebut dapat dibuat atau dikonfigurasi secara manual oleh
Administrator jaringan atau dapat juga diperoleh router secara otomatis dengan
melakukan pertukaran informasi routing dengan router lain.
Routing dapat menghubungkan beberapa jaringan yang
terhubung langsung pada interfacenya, seperti pada gambar 2.1. Pada jaringan
tersebut tidak dibutuhkan teknik routing yang rumit karena merupakan jaringan
yang sangat sederhana. Kita hanya perlu mengaktifkan IP Address pada masing-masing
interface router dan kedua jaringan tersebut sudah dapat terhubung.
Gambar 2.1. Dua
network terhubung dengan sebuah router
Seperti yang kita ketahui
router berfungsi untuk mengirimkan paket data dari satu network ke network lain
sekaligus menentukan jalur terbaik (best path) untuk mencapai network tujuan.
Untuk menjalankan fungsi tersebut router menggunakan tabel yang disebut tabel
routing (routing tabel). Tabel tersebut berisi informasi keberadaan beberapa
network, baik network yang terhubung langsung (directly connected network)
maupun network yang tidak terhubung langsung (remote network).
Tabel ini juga berisi informasi
bagaimana cara router tersebut mencapai suatu network. Tabel routing ini sangat
penting karena digunakan router sebagai pedoman untuk mengirimkan setiap paket
data yang diterimanya.
Informasi dalam tabel routing
berupa baris-baris network address yang disebut entry route (kadang cukup disebut route). Dalam setiap entry
route juga telah ada informasi tentang interface mana yang dapat digunakan
router tersebut untuk mengirimkan paket data. Kita dapat mengambil analogi
bandar udara sebagai router, penumpang sebagai paket data, papan informasi
perjalanan sebagai tabel routing dan pintu keberangkatan sebagai interface router.
Jika kita adalah penumpang yang
ingin berpergian ke luar kota maka kita harus menuju bandar udara, karena di
bandar udaralah tersedia pesawat-pesawat yang dapat mengantarkan anda ke kota
lain. Begitu juga dengan sebuah paket data yang ingin dikirimkan ke network
lain, harus diberikan kepada router, karena routerlah yang mempunyai kemampuan
menghubungkan beberapa network itu.
Di bandar udara kita tentu
dapat melihat papan informasi yang berisi informasi kota-kota tujuan beserta
penerbangan apa yang dapat membawa kita ke kota tersebut. Dipapan informasi itu
juga dijelaskan maskapai penerbangan apa dan pintu keberangkatan nomor berapa
pesawat anda menunggu. Umumnya bandara memiliki beberapa pintu keberangkatan.
Ini sama saja dengan tabel
routing yang berisi informasi network address yang dapat dituju oleh router,
beserta interface mana yang dapat digunakan untuk menuju network address itu.
Setelah kita menentukan kota mana yang akan dituju (tentunya dengan membeli
tiket yang sesuai), maka kita akan dituntun menuju pintu keberangkatan dimana
pesawat kita sudah menanti. Kita harus memilih pintu yang tepat untuk kota
tujuan dan pesawat yang sudah kita pilih. Ini dapat disamakan dengan router
yang mencocokan IP Address tujuan dari setiap paket data dengan entry yang ada
dalam tabel routing.
Jika ternyata ada entry yang
cocok, maka router akan mengalihkan paket data tersebut ke interface yang dapat
digunakan untuk mencapai network luar, tetapi jika ternyata tidak ada enty yang
cocok, maka router akan membuang paket data tersebut. Seperti kita yang harus
menggunakan pintu keberangkatan yang tepat untuk kota yang tepat pula.
Ada 4 kategori entry dalam
tabel routing, yaitu :
a.
Directly
Connected network
Entry ini akan muncul pada saat
interface router diaktifkan dan dikonfigurasikan IP Address. Beberapa jenis
router status default dari interfacenya adalah disable (non aktif) sehingga
perlu diaktifkan oleh Administrator
Jaringan.
b.
Static Routes
Entry ini adalah entry yang
diisi manual oleh Administrator jaringan, sehingga jika terjadi perubahan
jaringan, maka entry ini juga harus dirubah secara manual pula.
c.
Dynamic Routes
Entry ini adalah entry yang
akan muncul karena hasil pertukaran informasi routing dari beberapa router.
Pertukaran informasi routing akan menggunakan routing protocol. Entry ini tidak
diisikan manual oleh Administrator jaringan. Dalam hal ini Administrator hanya
perlu mengaktifkan routing protocol
dan network yang akan di routing.
d.
Default Routes
Entry ini digunakan untuk
menentukan kemana sebuah paket akan dikirimkan jika alamat tujuan dari paket
tersebut tidak terdapat pada tabel routing. Entry default routes bisa
dikonfigurasikan secara manual (static) ataupun didapat dari pertukaran
informasi dari routing protocol (dynamic).
Kemudian kita harus mengetahui
tentang mana network yang merupakan directly connected network dan mana yang
merupakan remote network dari sebuah router. Directly connected network adalah network atau jaringan yang terhubung
langsung pada interface sebuah router. Sedangkan remote network adalah
jaringan yang tidak terhubung secara langsung pada sebuah router. Untuk
menjangkau remote network sebuah route memerlukan router lain sebagai next hop
atau gateway.
Routing statik adalah teknik routing yang dilakukan
dengan memasukkan entry route ke network tujuan (remote network) ke dalam tabel
routing secara manual oleh Administrator Jaringan. Dalam memasukkan entry route
tersebut Administrator harus dapat mengetahui dengan pasti gateway yang akan
digunakan untuk mencapai remote network. Untuk jaringan yang terdiri dari
beberapa router, maka penentuan gateway maupun jalur (path) harus dilakukan
dengan lebih cermat.
Jika dalam jairngan terjadi perubahan topologi
maupun perubahan pengalamatan (IP Address) maka Administrator juga harus secara
manual melakukan perubahan pada tabel routing. Ini menjadi tidak efisien untuk
jaringan berskala besar atau jaringan yang sering mengalami perubahan. Karena
jika terjadi suatu perubahan kecil dalam jaringan maka Administrator jaringan
harus mengkonfigurasikan kembali entry route pada setiap router yang ada dalam
jaringan.
Dalam menerapkan routing static, kita akan
mengisikan entry route pada tabel routing secara manual di setiap router yang
ada dalam jaringan. Sebuah entry routing static yang akan dimasukkan ke tabel
routing harus mengandung 3(tiga) informasi, yaitu :
a.
Network
Address, informasi ini merupakan network address dari network yang akan dituju
(remote network).
b.
Subnet Mask (prefix), informasi ini merupakan prefix
atau subnet mask dari network yang akan dituju.
c.
Next Hop atau
Gateway, informasi ini berguna memberitahukan kepada router tentang bagaimana
mencapai network tujuan yang telah didefinisikan di point (1). Next Hop
merupakan IP Address dari router tetangga yang dapat digunakan untuk mencapai
network tujuan (remote network).
a. Keuntungan
Static Routing
1)
keamanan network
karena static routing hanya mengandung informasi yang telah dimasukkan secara
manual.
2)
Pengiriman
paket data lebih cepat karena jalur atau rute sudah di ketahui terlebih dahulu.
3)
Deteksi dan
isolasi kesalahan pada topologi jaringan lebih mudah.
4)
Beban kerja
router terbilang lebih ringan karena pada saat konfigurasi router hanya
mengupdate sekali saja ip table yang ada.
b. Kerugian
Static Routing
1)
Waktu
konfigurasi lama
2)
Harus tahu
semua alamat network yang akan dituju beserta subnet mask dan next hoopnya
(gatewaynya).
3)
Tidak cocok
untuk jaringan berskala besar.
4)
Pengembangan
network
Jika suatu network ditambah
atau dipindahkan maka static routig harus diperbaharui oleh administrator.
5)
Rentan terhadap
kesalahan saat entri data static route dengan cara manual.
6)
Administrasinya
adalah cukup rumit dibanding dynamic route, khususnya terdiri dari banyak
router yang perlu dikonfigurasi secara manual.
Pembatasan static router dapat menjadi keuntungan
apabila untuk sampai pada tujuan hanya melalui
satu router.
Mari kita perhatikan gambar 2.2 yang merupakan
topologi sederhana network 192.168.10.0/24 dan 192.168.20.0/24 yang dihubungkan
oleh Router R0 dan Router R1. Kedua buah router tersebut masih dihubungkan lagi
dengan sebuah network yaitu network 10.10.10.0/24.
Gambar
2.2 Dua
jaringan yang dihubungkan dengan dua router
R0
memiliki dua directly connected network, yaitu network 192.168.10.0/24 dan 10.10.10.0/24,
sehingga setelah kita mengkonfigurasikan IP Address pada Fa1/0 dengan
10.10.10.1/24 dan Fa0/0 dengan 192.168.10.1/24 maka entry untuk network 192.168.10.0/24 dan 10.10.10.0/24 akan secara
otomatis masuk ke dalam tabel routing seperti berikut :
Dari tabel routing diatas, R0 tidak mengetahui
keberadaan remote network
192.168.20.0/24 yang terhubung ke interface Fa0/0 dari R1. Untuk memberitahukan
keberadaan network 192.168.20.0/24 tersebut maka kita harus memberitahukan
informasi sebagai berikut :
·
Network Address
= 192.168.20.0, yang merupakan network
address dari remote network yang akan dituju.
·
Prefix = /24, merupakan prefix
dari network 192.168.20.0
·
Next hop (Gateway)
= 10.10.10.2, yang merupakan IP Address
dari Fa1/0 dari R2, interface ini dapat digunakan oleh R1 untuk mencapai
network 192.168.20.0/24
Perintah yang digunakan untuk
mengkonfigurasi routing static untuk mendapatkan entry route ke network 192.168.20.0/24 sebagai berikut :
Dengan begitu maka R0 akan
memiliki informasi keberadaan network 192.168.20.0/24 dan dapat dicapai melalui
IP Address 10.10.10.2, sampai disini konfigurasi static pada R0 telah selesai,
berikut hasilnya :
Konfigurasi selanjutnya harus
dilanjutkan pada R1 dengan tujuan memberitahukan keberadaan network
192.168.10.0/24 yang dapat dicapai dengan menggunakan next hop 10.10.10.1 (Fa1/0), pada R1 untuk mendapatkan entry route ke network 192.168.10.0/24 seperti
berikut :
Sehinga pada tabel routing di
R1 telah mengetahui keberadaan network 192.168.10.0/24 yang dapat dicapai
melalui interface Fa1/0 10.10.10.1 seperti berikut :
a. Teknik
Static Routing dengan Summarization
Sebelum kita melakukan routing dengan Summarization, terlebih dahulu kita
mengenal route summarization yang
merupakan teknik merangkum atau meringkas beberapa network menjadi sebuah
network address, teknik ini juga dikenal dengan nama Route Aggregation atau Supernetting.
Router summarization digunakan untuk menyederhanakan tabel routing yang ada
pada router. Topologi yang akan digunakan untuk mengimplementasikan route
summarization terlihat seperti gambar 2.3
Gambar
2.3
Route Summarization
Penerapan route
summarization hanya akan mengambil implementasi dari Router4. Ini karena
Rrouter4 memiliki beberapa remote network
yang dapat dicapai melalui IP Address 10.10.10.2 Jika tidak menerapkan route summarization , maka perintah yang
harus kita masukkan pada Router4 adalah sebagai berikut :
Sedangkan tabel routing yang
akan dihasilkan dari tabel routing diatas sebagai berikut :
Namun jika menerapkan route summarization, maka entry yang akan perlu dimasukkan ke
Router4 hanyalah sebuah entry 192.168.0.0/21
dengan gateway 10.10.10.2 seperti berikut :
Sedangkan tabel routing yang
dihasilkan dengan menerapkan route
summarization adalah sebagai berikut :
Kita lihat dari tabel routing diatas, Router4 sanggup menjangkau
network lainya, hal ini dikarenakan entry
192.168.0.0/21 mewakili keberadaan enam jaringan tersebut. Cara untuk melakukan
summarization ialah sebagai berikut :
Kita akan meringkas enam Network Address menjadi satu Network Address. Network Address hasil summarization
tersebut harus mewakili enam jaringan tersebut. Perhitungan untuk melakukan Route Summarization diuraikan sebagai
berikut :
Net I 192.168.0.0 = 11000000.10101000.00000000.00000000
Net II 192.168.1.0 = 11000000.10101000.00000001.00000000
Net III 192.168.2.0 = 11000000.10101000.00000010.00000000
Net IV 192.168.3.0 = 11000000.10101000.00000011.00000000
Net V 192.168.4.0 = 11000000.10101000.00000101.00000000
Hasil
Summarization =
192.168.0.0/21
Untuk mencari
hasil summarization, kita tuliskan kembali Network
Address masing-masing sub network ke dalam notasi biner, kemudian kita
harus mencari sampai bit keberapa susunan Network
Address tersebut memiliki persamaan. Uraian diatas memperlihatkan bahwa
sampai pada bit ke-21 bilangan biner dari keenam Network Address tersebut masih
sama. Jumlah bit-bit yang sama Network Address yang sama inilah yang akan
menjadi prefix baru hasil route summarization adalah /21.
b. Fail
Over
Fail Over adalah teknik yang
menerapkan beberapa jalur untuk mencapai suatu network tujuan. Namun dalam
keadaan normal hanya ada satu link yang digunakan. Link yang lain hanya
berfungsi sebagai cadangan (redudant)
dan hanya akan digunakan bila link utama terputus.
Pada gambar 2.4, kita dapat
menentukan mana link yang akan digunakan
sebagai link utama dan mana link yang akan digunakan sebagai cadangan.
Sebagai contoh implementasi, network 10.10.10.0/24 akan menjadi link utama sedangkan
network 172.16.10.0/24 akan menjadi link cadangan.
Gambar
2.4
Fail Over Dengan Jalur Utama Pada Network 10.10.10.0/24
Konfigurasi static routing yang
perlu kita lakukan pada R1 adalah sebagai berikut:
Pada konfigurasi static diatas,
dapat kita lihat bahwa ada dua entry yang dimaksukkan untuk menuju network
192.168.20.0/24. Satu entry menggunakan gateway 10.10.10.2 dan satu entry
dengan menggunakan gateway 172.16.10.2. Namun untuk entry yang kedua ditambahkan
nilai distance 250 (Administrative Distance).
Nilai Administrative Distance (AD) merupakan nilai kepercayaan dari
sebuah entry route. Semakin kecil
nilai AD maka semakin tinggi nilai kepercayaan terhadap entry tersebut. Jika kita
kembali pada baris konfigurasi routing statik pada R0, pada baris pertama tidak
ditambahkan nilai distance, yang
artinya entry tersebut akan
menggunakan nilai default AD dari routing statik yaitu 1. Sedangkan baris kedua
ditambahkan nilai distance sebesar 250 yang menandakan entry tersebut memiliki nilai AD sebesar
250. Pemilihan nilai 250 sebagai AD dalam implementasi ini hanyalah sebagai
pemisalan. Kita dapat memilih nilai AD yang lain namun kita harus memperhatikan
nilai-nilai AD dari protokol routing yang lain. Dibawah ini adalah daftar administrative distance untuk tiap routing.
Tabel 2.1 Administrative Distance Untuk Tiap Routing
Tipe Routing
|
Administrative Distance (AD)
|
Connected
|
0
|
Static
|
1
|
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
summary route
|
5
|
Exterior Border Gateway Protocol (eBGP)
|
20
|
EIGRP (internal)
|
90
|
Open Shortest Path First Protocol (OSPF)
|
110
|
Intermediate System-to-Intermediate System Protocol
(IS-IS)
|
115
|
RIP
|
120
|
Exterior Gateway Protocol
|
140
|
On-Demand Routing
|
160
|
EIGRP (external)
|
170
|
Internal Border Gateway Protocol (iBGP) (external)
|
200
|
Unknown
|
255
|
Tabel routing R0 dapat kita
lihat seperti berikut :
Jika melihat tabel routing dari R0, kita dapat melihat sebuah entry untuk menuju network 192.168.20.0/24 yang
menggunakan Gateway 10.10.10.2, sedangkan kita tadi juga memasukkan entry untuk menuju network
192.168.20.0/24 yang menggunakan Gateway 172.16.10.2, akan tetapi tidak ada
didalam tabel routingnya, sementara di menu konfigurasi R0 dapat kita lihat
seperti ini :
Hal ini menandakan entry
route dengan gateway 10.10.10.2 merupakan entry yang aktif yang dapat
digunakan untuk mengirimkan data (link utama). Sedangkan entry route dengan gateway 172.16.10.2 merupakan entry yang tidak digunakan atau cadangan
(link cadangan).
Ssedangkan
konfigurasi routing statik untuk R2 beserta tabel routingnya dapat kita lihat
sebagai berikut :
Sehingga tabel routingnya
sebagai berikut :
Pada tabel routing R1, terdapat
dua entry untuk menuju network
192.168.10.0/24. Entry dengan Gateway
10.10.10.1 sedangkan dengan Gateway 172.16.10.0 merupakan entry yang tidak aktif atau cadangan.
Routing dinamik (dynamic routing) merupakan teknik routing
dimana router akan memasukkan sendiri entry route kedalam tabel routingnya
untuk melakukan itu, router akan saling bertukar informasi routing dengan
router yang lain tentang jaringan yang mereka ketahui masing-masing setelah
mempelajari keberadaan jaringan lain beserta cara mencapai jaringan tersebut,
route akan membuat entry route dan
pada akhirnya memasukkannya ke dalam tabel routing.
Untuk bisa melakukan pertukaran
informasi routing, router-router tersebut harus menggunakan protokol routing
jika dua buah router ingin bertukar informasi routing, maka keduanya harus
menggunakan protokol routing yang sama. Berikut protokol routing yang paling
banyak digunakan:
·
Routing
Information Protocol (RIP)
·
Interior
Gateway Routing Protocol (IGRP)
·
Enchanced
Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
·
Open Shortest
Path First (OSPF)
·
Intermediate
System-to-Intermediate System (IS-IS)
·
Border Gateway
Protocol (BGP)
Pada jaringan yang menerapkan
routing dinamic jika terjadi perubahan pengalamatan maupun topologi maka
router-router akan mengirimkan informasi perubahan tersebut kerouter lain.
Router-router tersebut akan bertukar informasi tentang perubahan yang terjadi dari
pertukaran informasi routing tersebut akan menghasilkan perubahan entry route
pada tabel routing secara otomatis pula.
Pada saat terjadi perubahan
dalam jaringan, router tidak serta merta langsung mengganti entry pada tabel
routingnya. Dibutuhkan selang waktu tertentu sehingga entry pada tabel routing
bisa berubah. Waktu yang diperlukan dari saat terjadi perubahan aringan sampai
terjadinya perubahan entry route pada tabel routing disebut waktu convergence. Semakin pendek waktu convergence maka semakin baik untuk
kestabilan sebuah jaringan, karena pada saat belum convergence tentu ada
entry-entry route yang tidak valid lagi, sehingga pengiriman paket dari satu
host ke host lain yang berbeda jaringan akan gagal.
Secara lengkap penggunaan
protokol berdasarkan jenis pengalamatan jaringan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.2 Versi Routing
Protocol
Pengalamatan
|
Protokol Routing
|
IPv4
|
RIPv1,
RIPv2, IGRP, EIGRP, OSPFv2, IS-IS, BGPv4
|
IPv6
|
RIPng, EIGRP for IPv6,
OSPFv3, IS—IS for IPv6, BGPv4 for IPv6
|
IGRP dan EIGRP merupakan protokol routing proprietary dari Cisco
System, sehingga kedua protokol routing ini hanya ada pada router Cisco.
Dalam mengirimkan update
routing, beberapa protokol routing hanya mengirimkan informasi network address
tanpa menyertakan subnetmask atau prefix dari jaringan yang dikelolanya.
Beberapa lainnya menertakan subnetmask atau prefix pada saat akan mengirimkan
informasi network address. Protokol routing yang tidak menyertakan subnetmask (prefix) disebut protocol routing
classful (classful routing protocol).
Sedangkan protocol routing yang menyertakan subnetmask (prefix) pada saat mengirimkan informasi routing disebut classless (classless routing protocol).
Yang termasuk protokol routing
classful adalah RIPv1 dan IGRP, sedangkan yang merupakan protokol routing
classless adalah RIPv2, EIGRP, OSPF, IS-IS serta BGP.
Sesuai dengan fungsinya router
akan memilih jalur terbaik, namun apakah yang akan digunakan sebuah router
untuk menentukan jalur terbaik tersebut ?
Untuk menentukan jalur terbaik
maka router menggunakan metric atau sering disebut routing metric. Metric itu
sendiri terdiri dari beberapa jenis dan metric antara protokol routing yang
satu dengan lainnya tidaklah selalu sama. Sehingga sebuah jalur bisa saja
menjadi jalur terbaik untuk suatu protokol routing namun tidak menjadi jalur
terbaik bagi protokol routing yang lain.
Adapun berbagai jenis matric
yang digunakan oleh protocol routing adalah sebagai berikut :
·
Hop Count’
Protokol routing yang
menggunakan hop count akan menghitung jumlah lompatan (hop) untuk mencapai remote network. Jumlah lompatan terkecil
merupakan nilai yang terbaik.
·
Cost
Metric ini akan memberikan
harga (cost) pada setiap link yang ada dalam jaringan. Path yang memiliki cost
dengan nilai terkecil yang akan menjadi best path (jalur terbaik).
·
Bandwidth
Penggunaan bandwidth sebagai
matric hampir sama dengan penggunaan cost. Protokol routing akan menghitung
bandwidth pada setiap path dan akan menjadikan path dengan bandwidth terbesar
sebgai best path.
·
Load
Jika load yang dijadikan
metric, maka protokol routing akan menghitung beban dari setiap path dan akan
menjadikan beban terkecil sebagai best path.
·
Delay
Delay adalah waktu yang
diperlukan untuk mengirimkan paket data dari setiap path, tentunya delay
terkecil yang akan menjadi best path.
·
Reliability
Reliability adalah nilai
kehandalan dari sebuah path, misalnya sering tidak terjadinya error atau
kegagalan dalam link tersebut. Nilai reliability tertinggi yang akan menjadi
best path.
Metric antara satu protokol
routing dengan protokol routing yang lainnya tidaklah sama. Berikut metric yang
digunakan oleh masing-masing protocol routing.
Tabel 2.3 Routing Metric
Protokol Routing
|
Metric
|
RIP
|
Hop count
|
IGRP dan EIGRP
|
Menggunakan gabungan
bandwidth, load, delay, reliability
|
OSPF dan IS-IS
|
Cost
(berdasarkan bandwidth)
|
Perhatikan jaringan pada gambar
2.5. pada gambar tersebut R0 memiliki dua buah path untuk menuju network
172.16.2.0/24. Path pertama melalui R1 baru kemudian ke R2 (hop count = 3),
sedangkan path kedua adalah melalui R3 kemudian R4 dan selanjutnya baru ke R2
(hop count = 4). Jika protocol routing yang digunakan pada jaringan tersebut
adalah RIP (menggunakan hop count sebagai matric) maka yang merupakan best path
adalah path yang memiliki nilai hopt count-nya yang terkecil, yaitu melalui R1.
Gambar 2.5 Hop count
dan Bandwidth sebagai metric
Kondisi tersebut akan berbeda
jika yang digunakan adalah protokol routing yang menggunakan bandwidth sebagai metric, misalnya OSPF,
jika yang digunakan adalah OSPF (menggunakan cost berdasarkan bandwith sebagai
metric), maka yang akan menjadi best path adalah path melalui R3 karena
memiliki bandwidth yang lebih besar, meskipun path ini memiliki nilai lompatan
(hop) yang lebih besar.
Apabila yang terjadi jika
terdapat dua atau beberapa path yang ternyata memiliki nilai metric yang sama,
maka router akan menggunakan keseluruhan path tersebut untuk menuju remote
network. Kondisi ini disebut equal cost
load blancing atau load blancing.
Semua protokol routing mendukung fitur load
blancing dan akan memasukkan keseluruhan best path tersebut ke dalam tabel
routing, contohnya seperti gambar 2.6 sebagai berikut.
Gambar
2.6 R1
memiliki dua best path
a. Kelebihan
·
Waktu
konfigurasi lebih cepat
Untuk mengkonfgurasikan
protokol routing pada router relatif tidak membutuhkan waktu yang lama. Kita
cukup mengkonfigurasikan ip address pada setiap interface kemudian mengaktifkan
protokol routing dan kemudian mengenalkan jaringan yang terhubung langsung
dengan router tersebut
·
Dapat langsung
beradaptasi pada perubahan jaringan
Karena menggunakan protokol
routing yang secara dinamic memeriksa kondisi jaringan, maka perubahan jaringan
akan dapat diketahui dengan cepat oleh router-router. setelah mengetahui
perubahan tersebut, router-router akan kembali memperbaiki tabel routingnya
·
Kemungkinan
kesalahan konfigurasi kecil
Karena konfigurasi yang
dilakukan tidak dengan menentukan secara manual setiap entry route, maka
kemungkinan kesalahan penentuan jalur jauh lebih kecil,. Kesalahan entry route
hanya akan diakibatkan oleh kesalahan router dalam membaca informasi routing
dari router lain.
·
Mendukung untuk
jaringan besar
Protokol routing dapat dengan
cepat beradaptasi terhadap perubahan jaringan, sehingga untuk jaringan yang
berskala besar akan sangat efisien.
b.
Kekurangan
·
Membutuhkan
resource yang besar
Protokol routing akan
menjalankan algoritma routing, membuat database jaringan sampai dengan urusan
kirim mengirim pesan informasi routing (update routing). Kesemuanya itu
membutuhkan CPU dan memori yang lebih besar dibandingkan jika hanya menjelankan
routing static.
·
Membutuhkan
kemampuan yang lebih dari administrator
Beberapa protokol routing
memang tidak terlalu rumit untuk dikonfigurasikan. Namu ada juga protokol
routing tertentu yang penerapannya membutuhkan administrator dengan pengetahuan
yang lebih tentang konteks, konfigurasi, pengujian dan troubelshoot routing.
·
Relatif kurang
aman
Dikatakan kurang aman, karena
router akan menentukan sendiri entry route yang akan digunakan. Ini bisa
mengakibatkan salah penentuan jalur oleh router-router yang akan mengakibatkan
terjadinya routing loop. Selain itu pertukaran informasi routing dapat dikacaukan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini akan mengakibatkan terjadinya
entry route palsu dalam jaringan.
a. IGP
dan EGP
Pada jaringan berskala besar,
dikenal penggunaan Autonomous System (AS)
atau domain routing. Autonomous System
merupakan kumpulan router yang berada dibawah satu kendali administrator dan
menggunakan strategi routing yang sama. Berdasarkan penggunaan dalam Autonomous System, protokol routing
dapat dibagai menjadi dua, yaitu :
·
Interior Gateway Protocol (IGP)
Interior Gateway Protokol
adalah protocol routing yang digunakan pada router-router yang berada dalam
satu Autonomous System. Atau dengan
kata lain IGP digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan dalam sebuah Autonomous System. Sebagai contoh bila
kita ingin menerapkan routing pada sebuah jaringan internal kampus atau
internal sebuah perusahaan, maka kita harus menggunakan protokol routing
kategor IGP. Protokol routing yang termasuk IGP adalah RIP, IGRP, EIGRP, OSPF
dan IS-IS.
·
Exterior Gateway Protocol (EGP)
Exterior Gateway Protocol
adalah Protokol routing yang digunakan pada router-router yang berasal dari Autonomous System yang berbeda. Atau
dapat dikatakan EGP digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan yang berasal
dari Autonomous System yang berbeda.
Contoh penggunaan EGP dapat dilihat jika ingin dilakukan routing antar kampus
atau antar ISP. Satu-satunya protokol routing yang digunakan untuk keperluan
ini adalah BGP.
Contoh implementasi IGP dan EGP
dapat kita lihat pada gambar 2.7. Pada gambar tersebut terdapat dua buah
jaringan yang berbeda Autonomous System
(AS). Jaringan yang pertama dengan AS Nnumber 200 memiliki 3 buah router yang
menjalankan protokol routing OSPF.
Begitu juga dengan jaringan
dengan AS Number 300 yang memiliki 3 buah router yang menjalankan protocol
routing EIGRP. Kedua jaringan berada dibawah kendali Administrator yang
berbeda, sehingga Administrator dari AS Number 200 tidak mengetahui strategi
routing, topologi, pengalamatan maupun konfigurasi jaringan pada network dengan
AS Number 300. Administrator dari AS Number 200 tidak memiliki otoritas atau
kekuasaan untuk mengkonfigurasi router-router yang ada pada jaringan AS Number
300, begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.7 Penggunaan IGP dan EGP
Untuk membangun kedua jaringan
ini, maka kedua Administrator menghubungkan kedua router terluar mereka.
Kemudian mengkonfigurasikan protocol routing BGP pada kedua router tersebut.
OSPF dan EIGRP pada kedua router digunakan untuk melakukan routing pada jaringan
internal masing-masing Autonomous System
(AS), sedangkan BGP digunakan untuk melakukan routing antara jaringan dengan AS
Number 200 dan jaringan dengan AS Number 300.
b. Routing
Information Protocol Versi 1 (RIPv1)
RIPv1 merupakan protokol
routing yang sangat sederhana dan memiliki banyak kekurangan. Namun salah satu
kelebihan RIPv1 adalah kemudahan saat akan diimplementasikan (dikonfigurasi).
Sehingga untuk jaringan yang berskala kecil, RIPv1 ini masih memungkin untuk
digunakan. RIPv1 juga terus dikembangkan dengan disempurnakan menjadi RIPv2
dan RIPng (RIP next Generation). RIPng merupakan protocol routing untuk
jaringan yang menggunakan pengalamatan IPv6. Dengan adanya RIPng menandakan
bahwa protocol routing ini masih akan tetap digunakan dimasa mendatang.
RIP merupakan protocol routing yang paling tua dan merupakan
pengembangan dari protocol routing sebelumnya ada yaitu Gateway Information
Protocol (GWINFO).
Pada tahun 1988, Charles Hadrik menuliskan kembali spesifikasi RIP
dalam RFC 1058 sebagai standarisasi yang akan digunakan secara menyeluruh. RIP
yang tertuang dalam RFC 1058 inilah yang dikenal sebagai RIPv1. Sedangkan pada
tahun 1994 RIP ditulis kembali dalam RFC 1723 sebagai RIPv2. Dan pada tahun
1997, RFC 2080 memuat standarisai tentang RIPng.
Karakteristik RIPv1
·
Merupakan protocol routing distance vector
·
Menggunakan jumlah lompatan network (hop count) sebagai
metric routing.
·
Network tujuan dengan hop count 16 dianggap invalid (tidak
dapat dituju).
·
Proses pengiriman informasi routing (routing update) ke
router tetangga (neighbor) terjadi setiap detik dan dilakukan secara broadcast.
·
Pengiriman routing update menggunakan protocol UDP dengan
source port dan destination port 520.
·
Merupakan classful routing protocol
·
Menggunakan split horizon, route poisoning dan holdown
timer untuk mencegah routing loop.
·
Secara default nilai administrative distance adalah 120.
RIPv1 bekerja dengan menggunakan algoritma Bellman Ford dan merupakan
protocol routing distance vector, yang artinya RIPv1 hanya bekerja berdasarkan
arah dan jarak. RIP v1 hanya mengetahui kemana arah (vector) dan jarak
(distance) untuk mencapai suatu remote network. RIP tidak memiliki pengetahuan yang
lengkap tentang topologi jaringan. Padahal topologi tersebut sangat berguna
sebagai pedoman untuk mencapai remote network. Inilah yang merupakan salah sat
kekurangan dari RIPv1.
Karena tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang gambaran topologi
jaringan, maka penggunaan RIPv1 dapat mengakibatkan terjadinya routing loop.
Ini dangat berbeda dengan OSPF yang memiliki gambaran topologi jaringan,
sehingga dapat mengetahui dengan baik jalur (path) yang dapat digunakan untuk
mencapai network tujuan.
Hop Count
Sebagai Matric
RIP menggunakan hop count (jumlah jaringan yang dilewati) sebagai
nilai matric, dengan metric terendah sebagai metric terbaik. Bila untuk
mencapai network tujuan terdapat beberapa jalur (path) dengan nilai hop count
yang berbeda-beda, maka hop count yang terendah yanga akan dipih oleh RIP untuk dimasukkan kedalam table
routing.
RIP Request dan
RIP Response
RIPv1 menggunakan dua jenis
informasi routing (pesan) untuk menjaga dan memelihara table routing, dengan
tujuan dapat selalu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam jaringan.
Dua jenis pesan (message) itu adalah RIP request
message dan RIP response message.
RIP response message sebenarnya adalah informasi routing yang
dikirmkan sebuah router ke router tetangganya. RIP response message ini berisi
network-network yang diketahui oleh sebuah router, lengkap dengan metric untuk
setiap network. RIP response message.
Sedangkan RIP request
message adalah pesan (message) yang dikirm sebuah router ke router tetangganya
untuk meminta informasi routing. Singkatnya, RIP request message dikirim untuk
meminta rip response message dari router tetangga. Hubungan antara RIP request
message dan RIP response message dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.8 RIP Request Message dan Response Message
Jika R1 mengirim RIP
request message ke R2, maka dengan tidak menunggu interval waktu 30 detik, R2
akan segera mengirimkan RIP response message ke R1. Padahal kita ketahui
sebelumnya bahwa pengiriman routing update atau RIP response message adalah
setiap 30 detik. Routing uodate tersebut akan diterima oleh R1, dan R1 segera
memeriksa table routingnya. Jika dalam routing update terdapat informasi
network yang lebih baru maka R1 akan
memasukkan network tersebut kedalam table routingnya. Namun, jika ternyata
informasi network dalam routing update tersebut sudah ada dalam table routing,
R1 akan memeriksa apakah metric dalam update tersebut lebih baik dari metric
yang ada dalam table routing.
Jika ternyata metric
yang ada pada update tersebut lebih baik, maka informasi network yang telah ada
sebelumnya dalam table routing akan digantikan dengan informasi yang lebih baru
yang ada dalam routing update.
RIP request message
akan dikeluarkan sebuah router pada saat router itu hidup (boot) dan saat kita
mengaktifkan RIP pada router.
RIPv1 Dalam
Discontiguous Network
Proses pemberian subnet mask
atau prefix pada informasi network address yang diterima dari router lain akan
berbeda tergantung pada jenis jaringan. Apakah jaringan tersebut merupakan
contiguous network atau discontiguous network.
Contiguous network
adalah jaringan yang terdiri dari beberapa network dan menggunakan pengalamatan
yang hierarki. Sedangkan discontiguous network (fragment network) adalah
jaringan yang terdiri dari beberapa network yang tidak penggunakan pengalamatan
yang hierarki. Contoh discontiguous adalah jaringan yang tediri dari beberapa
network dimana ada dua atau lebih network dipisahkan oleh sebuah network yang
berbeda mayor address-nya. Mayor network address sendiri mengacu pada pengalamatan
classfull.
Router yang
menjalankan RIPv1 akan melakukan dua metode untuk menambahkan subnet mask pada
informasi network address yang diterimanya dari router tetangga, yaitu:
1. Jika mayor
network address yang ada pada informasi routing diterima pada interface yang
major network address-nya berbeda, maka subnet mask yang digunakan bagi network
address tersebut adalah default subnet mask sesuai pembagian kelas IP Address.
Inilah yang terjadi oada discontiguous network
2. Jika major
network yang ada pada informasi routing, diterima pada pada interface yang major
networknya smaa, maka subnet mask yang digunakan bagi network address tersebut
adalah subnet mask pada interface yang menerima routing update tersebut.
Konfigurasi
RIPv1
Tahap-tahap
konfigurasi RIPv1 pada berbagai jenis/merk router umumnya sama. Tahapan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengaktifkan
RIPv1 pada router
Tahapan ini bertujuan agar interface dari router dapat menerima dan
mengirimkan informasi routing (routing update) kepada orang lain.
2. Meng-advertise
Network
Pada tahap ini, kita diminta untuk memasukkan network. Network yang
akan diperkenal kan (di advertise) kepada router lain melalui protocol RIPv1.
Network address dari network yang telah di advertise akan diserahkan pada
routing update.
c. Routing Informasi Protocol Versi 2
(RIPv2)
RIPv2 merupakan penyempurnaan dari RIPv1 sehingga dalam beberapa
karakteristik kedua protocol routing ini adalah sama. RIPv2 dikembangkan untuk
menutupi kelemahan-kelemahan RIPv1 terutama dalam penerapan pada jaringan yang
menggunakan pengalamatan classless atau jaringan yang menggunakan pengalamatan
Variable Length Subnet Mask (VLSM).
Karakteristik RIPv2
Jika diperbandingkan dengan RIPv1, maka RIPv2 memiliki persamaan dalam
beberapa hal, yaitu:
·
Keduanya merupakan protocol routing distance vector yang
menggunakan algoritma Bellman Ford
·
Keduanya menggunakan hop count sebagai metric-nya.
·
Keduanya menganggap network dengan hop count 16 adalah
network invalid (atau network yang tidak dapat dituju)
·
Secara default keduanya akan melakukan pengiriman informasi
routing (routing update) setiap 30 detik.
·
Keduanya akan mengirim routing update dengan mengunakan
protocol UDP dengan port pengiriman dan penerima adalah 520.
·
Keduanya akan mengirimkan keseluruhan isi table routingnya
kepada router tetangga (neighbor) pada saat melakukan pengiriman routing
update.
·
Keduanya menggunakan split horizon, route poisoning, dan
holdown timer untuk mencegah routing loop.
Sedangkan perbedaan dari kedua protocol routing ini adalah sebagai
berikut:
·
Jika proses pengiriman informasi routing (routing update)
RIPv1 dikirim secara broadcast, maka RIPv2 akan mengirimkannya secara multicast
·
Jika routing update RIPv1 tidak menyertakan prefix, maka
RIPv2 akan menyertakan subnet mask atau prefix dari jaringan yang akan di
advertise.
·
Jika RIPv1 merupakan
protocol routing classful, maka RIPv2 merupakan protocol routing classless.
·
Jika RIPv1 tidak memiliki fitur authentication dalam proses
pengiriman routing update, maka RIPv2 memiliki fitur authentication.
d. Single Ares OSPF
OSPF (Open Shortest Path First) merupakan protocol routing link state
dan digunakan untuk menghubungkan router-router berada dalam satu Autonomous
System (AS), sehingga protocol routing ini termasuk juga Kategori Interior
Gateway Protocol (IGP). OSPF dikembangkan untuk menutupi kekurangan-kekurangan
yang dimiliki oleh RIP, terutama pengimplementasian dijaringan berskala besar.
Untuk dapat menangani jaringan berskala besar, maka OSPF menerapkan konsep
area dalam implementasinya. Sehingga pengimplementasian OSPF dikenal dengan dua
cara yaitu Singel Ares OSPF dan Multi Area OSPF. Untuk jaringan yang berskala
kecil kita dapat menerapkan Singel Area OSPF(OSPF Singel Area), namun untuk
jaringan berskala besar maka harus diterapkan Multi Area OSPF.
Karakteristik
OSPF
·
Merupakan link state routing protocol, sehingga setiap router
memiliki gambaran topologi jaringan.
·
Menggunakan Hello Packet untuk mengetahui keberadaan
neighbor router.
·
Routing update hanya dikirim bila terjadi perubahan dalam
jaringan dan dikirim secara multicast.
·
Menggunakan cost sebagai metric, dengan cost terendah yang
akan menjadi metric terbaik.
·
Tidak memiliki keterbatasan hop count, tidak seperti RIP
yang hanya bias menjangkau 15 hop count.
·
Merupakan classless routing protocol.
·
Secara default nilai Administrative Distance 110.
·
Memiliki fitur authentication (seperti RIPv2) pada saat
pengiriman routing update.
Router yang menjalankan OSPF hanya akan bertukar informasi routing
dengan router OSPF lainnya yang berada dalam satu Autonomous System (AS). Namun
sebelum melakukan pertukaran informasi routing tersebut, router-roter tersebut
akan melakukan beberapa tahapan. Informasi routing yang dipertukarkan tidak
sesederhana pad RIP yang hanya saling bertukar table routing melalui routing
update. Router OSPF akan mengirimkan beberapa paker OSPF lainnya yang
kesemuanya diguankan untuk membentuk table routing. Pada OSPF dikenal dengan
kondisi adjacency antar router. Sebelum router-router tersebut bertukar
informasi routing maka sebuah router harus terlebih dahulu mencapai kondisi
adjacency dengan router tetangganya. Roter-router tidak akan bertukar routing
update jika kondisi adjacency belum tercapai.
OSPF Packet
OSPF merupakan protocol routing yang sedikit lebih rumit. OSPF akan
menggunakan 5 jenis paket data OSPF yang kesemuanya digunakan dalam tahapan
pertukaran informasi routing (routing
update).
Kelima jenis paket ini akan digunakan baik pada saat router-router akan
mencapai kondisi adjacency maupun pada
saat router-router tersebut akan saling mengirimkan Link State Advertisement
(LSA). Kelima paket OSPF
tersebut adalah sebagai berikut:
·
Hello Packet
·
Database Description (DBD) Packet
·
Link State Request (LSR) Packet
·
Link State Update (LSU) Packet
·
Link Stae Ack (LSAck) Packet
Hello Packet
Hello packet merupakan packet OSPF yang sangat penting, karena packet
OSPF inilah yang akan menentukan apakah router-router yang bertetangga dapat
mencapai kondisi adjacency atau tidak. Jika kondisi adjacency tidak tercapai
maka tidak akan terjai pengiriman LSA antar router tersebut dan dengan tidak
terkirimnya LSA maka pertukaran informasi routing juga tidak akan terjadi. Dan
jika tidak terjadi pertukaran informasi routing maka jaringan tidak mencapai
kondiri convergence. Network-network tidak akan saling terhubung satu sama
lainnya.
Hello packet adalah paket yang hanya dikirim oleh router tetangga
melalui interface router yang telah diaktifkan OSPF nya.
DataBase
Description (DBD) Packet
DBD paket digunakan untuk kepentingan sinkronisai Link State Database.
DBD packet berisi ringkasan Link State Database dan akan dikirim ke router
lain. Router yang menerima DBD paket tersebut akan membandingkan dengan Link
State Database yang dimilikinya untuk kemudian disinkronisasi.
Link State
Request (LSR) Packet
LSR digunakan sebuah router untuk meminta informasi yang ada dalam Link
State Database milik router-router lainnya. Informasi ini bias saja informasi
spesifik maupun informasi tambahan yang dimiliki oleh router lain.
Link State
Update (LSU) Packet
LSU Packet merupakan paket yang berisi informasi routing dari setiap
router. Informasi routing ini berasal dari Link State Database. LSU packet
merupakan jawaban dari LSR packet.
LSAck Packet
LSA Ackknowledgment atau LSack
merupakan paket yang berguna untuk memberitahu kepada router pengirim LSU bahwa
LSU packet telah diterima.
OSPF Area
OSPF diterapkan dengan konsep area yang merupakan pengelompokkan beberapa router secara logika, bukan secara
fisik. Ini berarti kita sendiri yang akan menentukan area-area tersebut beserta
router-router untuk setiap area.
Area ini dimaksudkan untuk mengurangi besarnya flooding LSA pada saat
terjadi perubahan jaringan. Jika jaringan yang menerapkan OSPF telah
dikelompokkanmenjadi beberapa are, maka LSA hanya akan disebarkan (flooding) kepada router-router yang berada
dalam satu area, LSA tidak akan di flood kerouter yang berbeda area. Juga dapat
diterapkan route summarization antar area sehingga kita dapat mengurangi ukuran
table routing.
Router-router OSPF yang berada dalam satu area akan menggunakan
database yang sama dan selalu berusaha untuk mensinkronisasikan database
tersebut.
Untuk mengidentifikasi area, maka setipa area memiliki pengenal yang
disebut Area-ID. Area-ID ditulis menggunakan
32 bit bilangan biner dan ditulis dalam bentuk decimal seperti IP Adress
(x.x.x.x). walaupun mirip dengan Ip Address akan tetapi perlu diingat area-Id
bukan IP Address.
Dalam penerapan OSPF, area dpaat dibagi menjadi dua, yaitu:
§ Backbone Area, area ini memiliki
Area-ID 0.0.0.0 dan merupakan area yang diharapkan dapat melakukan forward
paket data (IP Packet) secepat-cepatnya. Area ini wajib ada jika ternyata hanya
aka nada satu area (singe area) dalam suatu jaringan. Jika ternyata dalam
jaringan tersebut dibuat beberapa area, maka backbone wajib ada karena
berfungsi menghubungkan area-area yang lain. End user atau host tidak boleh
ditempatkan pada Backbone Area.
§ Reguler Area, area ini adlaah
area selain backbone (non backbone area) dan berfungsi menghubungkan end user.
Jika dalam satu jaringan ada dua regular area, maka kedua area tersebut harus
melewati backbone area untuk berkomunikasi.
Konfigurasi
OSPF
Untuk konfigurasi OSPF
setidaknya ada 2 hal yang perlu dilakukan yaitu:
§ Mengaktifkan interface
router yang akan mengirimkan paket-paket OSPF
§ Mengkonfigurasikan
network yang akan di advertise menggunakan routing protocol OSPF sekaligus
menentukan network tersebut berada diarea mana.
e.
BGP (Borde Gateway Protokol)
BGP merupakan
salah satu jenis routing protokol yang digunakan untuk koneksi antar Autonomous
System (AS), dan salah satu jenis routing protokol yang banyak digunakan di ISP
besar (Telkomsel) ataupun perbankan. BGP termasuk dalam kategori routing
protokol jenis Exterior Gateway Protokol (EGP).
Dengan adanya EGP, router dapat melakukan pertukaran rute
dari dan ke luar jaringan lokal Auotonomous System (AS). BGP mempunyai
skalabilitas yang tinggi karena dapat melayani pertukaran routing pada beberapa
organisasi besar. Oleh karena itu BGP dikenal dengan routing protokol yang
sangat rumit dan kompleks.
Border Gateway Protocol disingkat BGP adalah inti dari
protokol routing Internet. Protocol ini yang menjadi backbone dari jaringan
Internet dunia. BGP adalah protokol routing inti dari Internet yg digunakan
untuk melakukan pertukaran informasi routing antar jaringan. BGP dijelaskan
dalam RFC 4271. RFC 4276 menjelaskan implementasi report pada BGP-4, RFC 4277
menjelaskan hasil ujicoba penggunaan BGP-4. Ia bekerja dengan cara memetakan
sebuah tabel IP network yang menunjuk ke jaringan yg dapat dicapai antar
Autonomous System (AS). Hal ini digambarkan sebagai sebuah protokol path
vector. BGP tidak menggunakan metrik IGP (Interior Gateway Protocol)
tradisional, tapi membuat routing decision berdasarkan path, network policies,
dan atau ruleset. BGP versi 4 masih digunakan hingga saat ini . BGP mendukung
Class Inter-Domain Routing dan menggunakan route aggregation untuk mengurangi
ukuran tabel routing. sejak tahun 1994, BGP-4 telah digunakan di Internet.
semua versi dibawahnya sudah tidak digunakan. BGP diciptakan untuk menggantikan
protokol routing EGP yang mengijinkan routing secara tersebar sehingga tidak
harus mengacu pada satu jaringan backbone saja
Karakteristik BGP
§ Digunakan
antara ISP dengan ISP dan client-client.
§ Digunakan
untuk merutekan trafik internet antar autonomous system.
§ BGP
adalah Path Vector routing protocol. Dalam proses menentukan rute-rute
terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya
dari router BGP yang lainnya.
§ Router
BGP membangun dan menjaga koneksi antar-peer menggunakan port nomor 179.
§ Koneksi
antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keep alive secara periodik.
§ Metrik
(atribut) untuk menentukan rute terbaik sangat kompleks dan dapat dimodifikasi
dengan fleksibel.
§ BGP
memiliki routing table sendiri yang biasanya memuat prefiks-prefiks routing
yang diterimanya dari router BGP lain.
Mengapa BGP?
BGP
memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengatur trafik-trafik dari sumber
berbeda di dalam network multi-home (tersambung ke lebih dari 1 ISP/Internet
Service Provider). Tujuan utama BGP adalah untuk memperkenalkan kepada publik
di luar network (upsteram provider atau peer) tentang rute atau porsi spasi
address yang dimiliki dengan “meminta izin” membawa data ke suatu spasi address
tujuan (meng-advertise).
Salah
satu kelemahan yang mungkin dihadapi oleh BGP routing adalah ia mempublikasikan
rute yang tidak diketahui bagaimana cara mencapainya. Ini dinamakan
black-holing, yaitu melakukan advertise, atau meminta izin untuk membawa data,
tetapi beberapa bagian spasi address adalah milik orang lain, akibatnya proses
advertise malah menyulitkan.
Hubungan BGP Neighbor
Arisitektur
Internet sebenarnya tersusun atas AS-AS yang saling terkoneksi. Router yang
berkomunikasi langsung melalui BGP dikenal sebagai BGP speaker. Beberapa BGP
speaker dapat ditempatkan pada AS yang sama atau AS yang berbeda. Dalam
masing-masing AS ini, BGP speaker berkomunikasi satu sama lain untuk melakukan
pertukaran informasi reachabilitas network berdasarkan set-set policy yang
dibangun dalam AS-AS.
Beberapa versi BGP
BGP versi 1
§ Ukuran
message 8 – 1024 byte.
§ Terdapat
8 bit field Direction yang menandkan arah yang diambil oleh informasi routing.
§ Lima
kemungkinan field Direction: Up, Down, Horizontal, EGP-derived information,
Incomplete
BGP versi 2
§ Ukuran
message 19 – 4096 byte.
§ Menghilangkan
konsep up, down, dan horizontal di antara AS-AS
§ Menambahkan
konsep path-attribute.
BGP versi 3
§ Ukuran
message 19 – 4096 byte
§ Mengklarifikasi
prosedur pendistribusian rute-rute BGP di antara speaker-speaker dalam sebuah
AS.
§ Meningkatkan
restriksi terhadap penggunaan path attribute Next-hop
BGP versi 4
§ Ukuran
message 19 – 4096 byte.
§ Path
atribute AS telah dimodifikasi sehingga set AS-AS dapat digambarkan sebagaimana
AS individual.
§ Inter-AS
Metric path attribute telah didefinisikan ulang sebagai Multi-Exit
Discriminator path attribute.
§ Local
preference path attribute ditambahkan.
§ Aggregator
path attribute ditambahkan.
§ Dukungan
untuk CIDR (Classless Inter Domain Routing)
Ringkasan Operasi BGP
Saat
sebuah router BGP baru dibangun, peer-peer BGP dengan sendirinya melakukan
pertukaran tabel routing yang mereka miliki, setelah itu peer-peer mengirim
notifikasi atau pemberitauan berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tabel
routing. Update message memberi informasi peer BGP hanya untuk satu path. Bila
perubahan yang timbul mempengaruhi banyak path, maka multiupdate, message perlu
dikirim.
Setelah BGP menghimpun update-update routingnya dari beragam AS, protokol akan membuat keputusan untuk mengambil path spesifik untuk masing-masing rute tujuan. Biasanya hanya satu path yang dibutuhkan untuk mencapai satu tujuan. BGP menggunakan atribut path (path attribute) yang dilepas kepadanya melalui update message agar bisa menentukan satu path terbaik bagi setiap tujuan.
Setelah BGP menghimpun update-update routingnya dari beragam AS, protokol akan membuat keputusan untuk mengambil path spesifik untuk masing-masing rute tujuan. Biasanya hanya satu path yang dibutuhkan untuk mencapai satu tujuan. BGP menggunakan atribut path (path attribute) yang dilepas kepadanya melalui update message agar bisa menentukan satu path terbaik bagi setiap tujuan.
Ada
dua bentuk sistem koneksi transport protocol yang penting dimengerti. Mereka
saling bertukar pesan (message) untuk membuka dan mengkonfirmasi
parameter-parameter koneksi. Alur data awal yang dihasilkan tidak lain berupa
keseluruhan tabel routing BGP, yang selanjutnya beberapa update penambahan
dikirim sebagai perubahan pada tabel routing. BGP dalam hal ini tidak menuntut
refresh secara periodik atas keseluruhan tabel routing. Oleh karena itu, BGP
speaker harus memelihara versi terkini keseluruhan tabel routing BGP dari semua
peer-nya selama durasi koneksi tertentu.
Pesan
KeepAlive dikirim secara periodik untuk memastikan kelancaran koneksi. Pesan
Notification dikirim untuk merespon adanya error atau kondisi-kondisi khusus
yang terjadi. Jika sebuah koneksi menemukan sebuah error, pesan Notification
segera dikirim dan koneksi pun ditutup.
Perangkat Hardware &
Software untuk Komunikasi BGP
Perlengkapan
yang dibutuhkan adalah router komersial seperti Cisco router dan Bay router
atau klon-klon PC yang menjalankan Linux, BSD, atau varian Unix lainnya dibantu
dengan program yang dinamakan gated untuk memanage BGP.
eBGP vs iBGP
BGP mensupport dua tipe
pertukaran informasi routing:
§ Pertukaran
di antara AS-AS yang berbeda (external BGP atau eBGP)
§ Pertukaran
dalam satu AS tunggal (internal BGP atau iBGP)
Sebuah
sistem BGP berbagi informasi reachabilitas network dengan sistem-sitem BGP
berdekatan lainnya yang dikenal dengan neighbor atau peer. Sistem BGP tersusun
atas grup-grup (groups). Dalam sebuah grup BGP internal, semua peer anggota
grup (internal peer) berada dalam AS yang sama. Grup internal menggunakan
rute-rute dari IGP untuk memutuskan penyampaian atau forwarding address-adress.
Mereka juga menyebarkan rute-rute eksternal di antara router-router internal
lain yang menjalankan BGP internal, menghitung next hop dengan mengambil hop
BGP yang diterima dengan rute, lalu memutuskannya menggunakan informasi yang
diperoleh dari salah satu IGP.
eBGP
dan iBGP saling berbagi protokol level dasar yang sama untuk bertukar rute dan
juga berbagi algoritma. Namun eBGP digunakan untuk bertukar rute di antara AS
yang berbeda, sedang iBGP digunakan untuk bertukar rute di antara AS yang sama.
Dalam faktanya, iBGP termasuk salah satu “interior routing protocol” yang dapat
digunakan untuk melakukan routing aktif dalam sebuah network.
Perbedaan
utama eBGP dan iBGP adalah bahwa eBGP tidak bosan-bosannya mencoba
meng-advertise setiap rute BGP yang diketahui ke semua orang sehingga mungkin
harus digunakan filter untuk menghentikannya. Sedang iBGP pada dasarnya cukup
sulit bekerja karena iBGP tidak meredistribusi rute-rute. Speaker iBGP dalam
lingkungan network harus melakukan peer dengan semua speaker iBGP lain untuk
membuatnya dapat bekerja (routing mesh).
Suatu static route adalah suatu mekanisme routing yang
tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Disisi lain, dynamic
routing adalah suatu mekanisme routing di mana pertukaran routing table antar
router yang ada pada jaringan dilakukan secara dynamic.
Dalam skala jaringan yang kecil yang mungkin terdiri dari
dua atau tiga router saja, pemakaian static route lebih umum dipakai. Static
router (yang menggunakan solusi static route) haruslah dikonfigurasi secara
manual dan di-maintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran
informasi routing table secara dinamis dengan router-router lainnya.
Suatu static route akan berfungsi sempurna jika routing
table berisi suatu route untuk setiap jaringan didalam internetwork yang mana
dikonfigurasi secara manual oleh administrator jaringan. Setiap host pada
jaringan harus dikonfigurasi untuk mengarah kepada default route atau default
gateway agar cocok dengan IP address dari interface local router, di mana
router memeriksa routing table dan menentukan route yang mana digunakan untuk
meneruskan paket.
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP
paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia
mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan
kecocokan entri–suatu entri yang menyatakan kepada router kemana paket
selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entri yang ada dalam
routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang
paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing
table yang tepat dan benar.
Keuntungan static
route:
a. Static route
lebih aman dibanding dynamic route
b. Static route
kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols
dengan maksud melakukan konfigurasi router untuk tujuan membajak traffic.
Kerugian:
a. Administrasinya
adalah cukup rumit dibanding dynamic routing, khususnya jika terdiri dari
banyak router yang perlu dikonfigurasi secara manual.
b. Rentan terhadap
kesalahan saat entri data static route dengan cara manual.
Sedangkan Routing Dinamik adalah jenis routing yang bisa berubah
sesuai dengan kondisi yang diinginkan dengan parameter tertentu sesuai dengan
protokolnya. Routing Dinamik diterapkan pada PC yang berfungsi sebagai router
dan dibutuhkan router lain yang sama-sama menerapkan sistem routing dinamik,
jadi tidak bisa berdiri sendiri seperti halnya Router static.
Routing Dinamik menentukan gateway untuk network destination
berdasarkan parameter yang didapat dari router lainnya melalui Protokol
Multicast, seperti metrik, cost dsb. Protocol RIP dan OSPF menggunakan
multicast untuk pertukaran informasi antar router, sedangkan protokol BGP menggunakan
koneksi TCP untuk pertukaran routingnya.
Dari kesimpulan
makalah ini, maka berikut adalah saran yang dapat penulis berikan.
·
Penggunaan static route sebaiknya
digunakan pada jaringan skala kecil, dan sebaliknya untuk jaringan skala besar
lebih baik menggunakan dynamic route.
·
Penerapan protocol pada dynamic route
harus disesuaikan dengan jaringan bentuk atau area yang akan dibangun.
·
Dalam melakukan entri data satic route,
administrator diharap lebih hati-hati dan teliti, karena dalam pengentrian data
dengan static route rentan terjadi kesalahan
·
Setiap Router memiliki kelebihan dan
kekurangan sebaiknya gunakanlah router sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dodi Hriadi. 2012. Solusi Cerdas Menguasai
Internetworking Packet Tracer. Yogyakarta: ANDI.
Rendra Towidjojo. 2012. Konsep
& Implementasi Routing Dengan Router Mikrotik 100 % Connected. Jasakom.
0 komentar
Posting Komentar