TCP, IP DAN SUBNETTING



TCP, IP DAN SUBNETTING
 
A.    Konsep Dasar Protokol
Protokol dapat dimisalkan sebagai penerjemah dua orang yang berbeda bahasa ingin berkomunikasi. Protokol internet yang pertama kali dirancang pada awal tahun 1980-an. Akan tetapi pada saat itu, protokol tersebut hanya digunakan untuk menghubungkan beberapa node saja. Baru pada awal tahun 1990-an mulai disadari bahwa internet mulai tumbuh ke seluruh dunia dengan pesat. Sehingga banyak bermunculan protokol internet. Sehingga disadari bahwa dibutuhkan sebuah protokol internet yang standar, yaitu OSI (Open System Interconnection). Tetapi pada perkembangannya, TCP/IP menjadi standar de facto yaitu standar yang diterima karena pemakaiannya secara sendirinya semakin berkembang.


1.     TCP (Transmission Control Protocol)
Transmission Control Protocol atau yang sering kali disingkat menjadi TCP berfungsi untuk melakukan transmisi data per-segmen (paket data dipecah dalam jumlah yang sesuai dengan besaran paket kemudian dikirim satu persatu hingga selesai). Agar pengiriman data sampai dengan baik, maka pada setiap packet pengiriman, TCP akan menyertakan nomor seri (sequence number). Adapun komputer tujuan yang menerima paket tersebut harus mengirim balik sebuah sinyal acknowledge dalam satu periode yang ditentukan. Bila pada waktunya komputer tujuan belum juga memberikan acknowledge, maka terjadi time out yang menandakan pengiriman packet gagal dan harus diulang kembali. Model protokol TCP disebut sebagai connection oriented protocol.

2.     IP (Internet Protocol)
IP (Internet Protocol) atau alamat IP dapat disebut dengan kode pengenal komputer pada jaringan merupakan komponen vital pada internet, karena tanpa alamat IP seseorang tidak akan dapat terhubung ke internet. Penggunaan alamat IP dikoordinasi oleh lembaga sentral internet yang dikenal dengan IANA, salah satunya adalah NIC (Network Information Center).




B.    Definisi IPv6
IP versi 6 (IPv6) adalah protokol internet versi baru yang didesain sebagai pengganti dari Internet protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791. IPv6 yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128 bit), mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki tipe alamat anycast yang dapat digunakan untuk pemilihan route secara efisien. Selain itu IPv6 juga dilengkapi oleh mekanisme penggunaan alamat secara local yang memungkinkan terwujudnya instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform bagi cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran datasecara real-time, pemilihan provider, mobilitas host, end-to-end security, maupun konfigurasi otomatis.

C.  Keunggulan IPv6
Otomatisasi     berbagai  setting / Stateless-less auto-configuration (plug&play). Alamat pada IPv4 pada dasarnya statis terhadap host. Biasanya diberikan secara berurut pada host. Memang saat ini hal di atas bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol), tetapi hal tersebut pada IPv4 merupakan fungsi tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk men-setting secara otomatis disediakan secara standar dan merupakan default-nya. Pada setting otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari penggunaan address, yaitu setting otomatis stateless dan statefull.

1.    Setting Otomatis Statefull
Cara pengelolaan secara ketat dalam hal range IP address yang diberikan pada host dengan menyediakan server untuk pengelolaan keadaan IP address, dimana cara ini hampir mirip dengan cara DHCP pada IPv4. Pada saat melakukan setting secara otomatis, informasi yang dibutuhkan antara router, server dan host adalah ICMP (Internet Control Message Protocol) yang telah diperluas. Pada ICMP dalam IPv6 ini, termasuk pula IGMP (Internet Group management Protocol) yang dipakai pada multicast pada IPv4.
Gambar 2.1 Setting Otomatis Statefull
2.    Setting Otomatis Stateless
Pada cara ini tidak perlu menyediakan server untuk pengelolaan dan pembagian IP address, hanya men-setting router saja dimana host yang telah tersambung di jaringan dari router yang ada pada jaringan tersebut memperoleh prefix dari address dari jaringan tersebut. Kemudian host menambah pattern bit yang diperoleh dari informasi yang unik terhadap host, lalu membuat IP address sepanjang 128 bit dan menjadikannya sebagai IP address dari host tersebut. Pada informasi unik bagi host ini, digunakan antara lain address MAC dari network interface. Pada setting otomatis stateless ini dibalik kemudahan pengelolaan, pada Ethernet atau FDDI karena perlu memberikan minimal 48 bit (sebesar address MAC) terhadap satu jaringan, memiliki kelemahan yaitu efisiensi penggunaan alamat yang buruk.

Gambar 2.2 Setting Otomatis Stateless
D.    Address IPv6
1.     Unicast (One-to-one)
Digunakan untuk komunikasi satu lawan satu, dengan menunjuk satu host. Pada alamat unicast ini terdiri dari :
·       Global, alamat yang digunakan misalnya untuk alamat provider atau alamat geografis.
·       Link Local Address adalah alamat yang dipakai di dalam satu link saja. Yang dimaksud link di sini adalah jaringan lokal yang saling tersambung pada satu level. Alamat ini dibuat secara otomatis oleh host yang belum mendapat alamat global, terdiri dari 10+n bit prefix yang dimulai dengan "FE80" dan field sepanjang 118-n bit yang menunjukkan nomor host. Link Local Address digunakan pada pemberian alamat IP secara otomatis.
·       Site-local, alamat yang setara dengan private address, yang dipakai terbatas di dalam site saja. Alamat ini dapat diberikan bebas, asal unik di dalam site tersebut, namun tidak bisa mengirimkan paket dengan tujuan alamat ini di luar dari site tersebut.
·       Kompatibel.
Gambar 2.3 Pengiriman Paket Pada Unicast Address
2.     Multicast (One-to-many)
Yang digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk host dari group. Multicast address ini pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D, sedangkan pada IPv6 ruang yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF" disediakan untuk multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk menentukan range berlakunya. Kemudian blockcast address pada IPv4 yang alamat bagian hostnya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di dalam multicast address ini. Blockcast address untuk komunikasi dalam segmen yang sama yang dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan multicast address.


dipilih berdasarkan range tujuan.
Gambar 2.4 Pengiriman Paket Pada Multicast Address
3.     Anycast
Yang menunjuk host dari group, tetapi paket yang dikirim hanya pada satu host saja. Pada alamat jenis ini, sebuah alamat diberikan pada beberapa host, untuk mendefinisikan kumpulan node. Jika ada paket yang dikirim ke alamat ini, maka router akan mengirim paket tersebut ke host terdekat yang memiliki Anycast address sama. Dengan kata lain, pemilik paket menyerahkan pada router tujuan yang paling "cocok" bagi pengiriman paket tersebut. Pemakaian Anycast ini misalnya terhadap beberapa server yang memberikan layanan seperti DNS (Domain Name Server). Dengan memberikan Anycast alamat Address sama pada server-server tersebut, jika ada paket yang dikirim oleh client ke alamat ini, maka router akan memilih server yang terdekat dan mengirimkan paket tersebut ke server tersebut. Sehingga, beban terhadap server dapat terdistribusi secara merata. Bagi anycast ini tidak disediakan ruang khusus. Jika terhadap beberapa host diberikan sebuah alamat yang sama, maka alamat tersebut dianggap sebagai Anycast Address.
E.    Subnetting IPv6
Subnetting
Subnetting adalah proses menunjuk beberapa bit high-order dari bagian host dan mengelompokkan mereka dengan topeng jaringan untuk membentuk subnet mask. Ini membagi jaringan menjadi subnet yang lebih kecil. Diagram berikut memodifikasi contoh dengan memindahkan 2 bit dari bagian host ke subnet mask untuk membentuk empat subnet yang lebih kecil seperempat ukuran sebelumnya.

Desain ruang alamat IPv6 berbeda secara signifikan dari IPv4. Alasan utama untuk subnetting di IPv4 adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan ruang alamat relatif kecil tersedia, terutama untuk perusahaan. Tidak ada batasan seperti itu ada di IPv6, sebagai ruang alamat besar yang tersedia, bahkan untuk pengguna akhir, bukan faktor pembatas.
RFC 4291 subnet compliant selalu menggunakan alamat IPv6 dengan 64 bit untuk bagian host. Oleh karena itu memiliki / 64 prefix routing yang (128-64 = 64 bit paling signifikan).
Meskipun secara teknis mungkin untuk menggunakan subnet yang lebih kecil, mereka tidak praktis untuk jaringan area lokal berbasis pada teknologi Ethernet, karena 64 bit yang diperlukan untuk konfigurasi alamat otomatis stateless.
Internet Engineering Task Force merekomendasikan penggunaan / 127 subnet untuk poin -untuk-point, yang terdiri dari hanya dua host.
IPv6 tidak mengimplementasikan format alamat khusus untuk lalu lintas broadcast atau jaringan nomor, dan dengan demikian semua alamat dalam subnet adalah alamat host yang valid. Alamat nol semua dicadangkan sebagai alamat anycast Subnet-Router.
Alokasi yang disarankan untuk lokasi pelanggan IPv6 adalah ruang alamat dengan 48-bit (/ 48) prefix.However, rekomendasi ini direvisi untuk mendorong blok yang lebih kecil, misalnya menggunakan 56-bit awalan. alokasi umum lainnya adalah / 64 awalan untuk jaringan pelanggan perumahan.
Subnetting di IPv6 didasarkan pada konsep variabel-panjang subnet masking (VLSM) dan metodologi CIDR. Hal ini digunakan untuk lalu lintas rute antara ruang alokasi global dan dalam jaringan pelanggan antara subnet dan internet pada umumnya.



F.  Penulisan Alamat pada IPv6
Model x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa nilai hexadesimal dari 16 bit porsi alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16 * 8 = 128 bit.
Contohnya adalah :
FEDC : BA98 : 7654 : 3210 : FEDC : BA98 : 7654 : 3210
Jika format pengalamatan IPv6 mengandung kumpulan group 16 bit alamat, yaitu ‘x‘, yang bernilai 0 maka dapat direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah :
FEDC : 0 : 0 : 0 : 0 : 0 : 7654 :
3210 dapat direpresentasikan sebagai
FEDC :: 7654 : 3210
Dan      0:0:0:0:0:0:0:1   dapat direpresentasikan sebagai    ::1
Model x:x:x:x:x:x:d.d.d.d dimana ‘d.d.d.d’ adalah alamat IPv4 semacam 167.205.25.6 yang digunakan untuk automatic tunnelling. Contohnya adalah :
0:0:0:0:0:0:167.205.25.6 atau ::167.205.25.6
0:0:0:0:0:ffff:167.205.25.7 atau :ffff:167.205.25.7
Jadi jika sekarang mengakses alamat di internet misalnya 167.205.25.6 pada saatnya nanti format tersebut akan digantikan menjadi semacam ::ba67:080:18. Sebagaimana IPv4, IPv6 menggunakan bitmask untuk keperluan subnetting yang direpresentasikan sama seperti representasi prefix-length pada teknik CIDR yang digunakan pada IPv4, misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan bagian network bit.
Jika pada IPv4 mengenal pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada IPv6 pun dilakukan pembagian kelas berdasarkan fomat prefix (FP) yaitu format bit awal alamat. Misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
maka jika diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefixnya untuk 4 bit awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner).





G.   Kelas IPv6
Ada beberapa kelas IPv6 yang penting yaitu :
1.     Aggregatable Global Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 001.
2.     Link-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1110 10.
3.     Site-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1110 11.
4.     Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1111.

Pada protokol IPv4 dikenal alamat-alamat khusus semacam 127.0.0.1 yang mengacu ke localhost, alamat ini direpresentasikan sebagai 0:0:0:0:0:0:0:1 atau ::1 dalam protokol IPv6. Selain itu pada IPv6 dikenal alamat khusus lain yaitu 0:0:0:0:0:0:0:0 yang dikenal sebagai unspecified address yang tidak boleh diberikan sebagai pengenal pada suatu interface. Secara garis besar format unicast address adalah sebagai berikut :
Gambar 2.5 Format Unicast Address
Interface ID digunakan sebagai pengenal unik masing-masing host dalam satu subnet. Dalam penggunaannya umumnya interface ID berjumlah 64 bits dengan format IEEE EUI-64. Jika digunakan media ethernet yang memiliki 48 bit MAC address maka pembentukan interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah sebagai berikut :
Misalkan MAC address-nya adalah 00:40:F4:C0:97:57
1.     Tambahkan 2 byte yaitu 0xFFFE di bagian tengah alamat tersebut sehingga menjadi 00:40:F4:FF:FE:C0:97:57
2.     Komplemenkan (ganti bit 1 ke 0 dan sebaliknya) bit kedua dari belakang pada byte awal alamat yang terbentuk, sehingga yang dikomplemenkan adalah ‘00’ (dalam hexadesimal) atau ‘00000000’ (dalam biner) menjadi ‘00000010’ atau ‘02’ dalam hexadesimal.
3.     Didapatkan interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah 0240:F4FF:FEC0:9757.

Di bawah ini adalah tabel perbandingan antara IPv4 dan IPv6 :
IPv4
IPv6
Panjang alamat 32 bit (4 bytes).
Panjang alamat 128 bit (16 bytes)
Dikonfigurasi  secara  manual  atau
DHCP IPv4.
Tidak  harus  dikonfigurasi  secara
manual,  bisa  menggunakan  address
auto-configuration.
Dukungan terhadap IPSec opsional.
Dukungan terhadap IPSec dibutuhkan
Fragmentasi  dilakukan  oleh  pengirim
dan  pada  router,  menurunkan  kinerja
router.
Fragmentasi  dilakukan  hanya  oleh
pengirim.
Tidak mensyaratkan ukuran paket pada
link-layer  dan  harus  bisa  menyusun
kembali paket berukuran 576 byte.
Paket  link-layer  harus  mendukung
ukuran paket 1280 byte dan harus bisa
menyusun  kembali  paket  berukuran
1500 byte
Untuk  mengelola  keanggotaan  grup
pada  subnet  lokal  digunakan  Internet
Group Management Protocol (IGMP).
IGMP telah digantikan fungsinya oleh
Multicast Listener Discovery
(MLD).
Checksum termasuk pada header.
Cheksum tidak masuk dalam header
Header mengandung option.
Data  opsional  dimasukkan  seluruhnya
ke dalam extensions header.
Menggunakan  ARP  Request  secara
broadcast  untuk  menterjemahkan
alamat IPv4 ke alamat link-layer.
ARP  Request  telah  digantikan  oleh
Neighbor Solitcitation secara multicast.

Tabel 2.1 Perbandingan IPv4 dan IPv6
H.   Struktur Paket Data pada IPv6
Dalam  men-design  header  paket  ini,  diupayakan  agar  cost  atau  nilai pemrosesan header menjadi kecil untuk mendukung komunikasi data yang lebih real time. Misalnya, alamat awal dan akhir menjadi dibutuhkan pada setiap paket.
Sedangkan  pada  header  IPv4  ketika  paket  dipecah-pecah,  ada  field  untuk menyimpan urutan antar paket. Namun field tersebut tidak terpakai ketika paket tidak dipecah-pecah. Header pada Ipv6 terdiri dari dua jenis, yang pertama, yaitu field yang dibutuhkan oleh setiap paket disebut header dasar, sedangkan yang kedua yaitu field yang tidak selalu diperlukan pada packet disebut header ekstensi, dan header ini didifinisikan terpisah dari header dasar.
Header dasar selalu ada pada setiap packet, sedangkan header tambahan hanya  jika  diperlukan  diselipkan  antara  header  dasar  dengan  data.  Header tambahan, saat ini didefinisikan selain bagi penggunaan ketika packet dipecah, juga  didefinisikan  bagi  fungsi  security  dan  lain-lain.  Header  tambahan  ini, diletakkan setelah header dasar, jika dibutuhkan beberapa header, maka header ini akan disambungkan berantai dimulai dari header dasar dan berakhir pada data. Router  hanya  perlu  memproses  header  yang  terkecil  yang  diperlukan  saja, sehingga  waktu  pemrosesan  menjadi  lebih  cepat.  Hasil  dari  perbaikan  ini, meskipun ukuran header dasar membesar dari 20 bytes menjadi 40 bytes namun jumlah field berkurang dari 12 menjadi 8 buah saja.
Gambar 2.6 Struktur Header Dasar pada IPv6
I.      Perubahan dari IPv4 ke IPv6
Perubahan dari IPv4 ke IPv6 pada dasarnya terjadi karena beberapa hal yang dikelompokkan dalam kategori berikut :
1.     Kapasitas Perluasan Alamat
IPv6 meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung oleh IPv4 dari 32 bit menjadi 128bit. Peningkatan kapasitas alamat ini digunakan untuk mendukung  peningkatan  hirarki  atau  kelompok  pengalamatan,  peningkatan jumlah atau kapasitas alamat yang dapat dialokasikan dan diberikan pada node dan mempermudah konfigurasi alamat pada node sehingga dapat dilakukan secara otomatis. Peningkatan skalabilitas juga dilakukan pada routing multicast dengan meningkatkan  cakupan  dan  jumlah  pada  alamat  multicast.  IPv6  ini  selain meningkatkan jumlah kapasitas alamat yang dapat dialokasikan pada node juga mengenalkan  jenis  atau  tipe  alamat  baru,  yaitu  alamat  anycast.  Tipe  alamat anycast ini didefinisikan dan digunakan untuk mengirimkan paket ke salah satu dari kumpulan node.
2.     Penyederhanaan Format Header
Beberapa kolom pada header IPv4 telah dihilangkan atau dapat dibuat sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya pemrosesan hal-hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi biaya bandwidth pada header IPv6. Dengan demikian, pemerosesan header pada paket IPv6 dapat dilakukan secara efisien.
3.     Option dan Extension Header
Perubahan  yang  terjadi  pada  header-header  IP  yaitu  dengan  adanya pengkodean  header  Options  (pilihan)  pada  IP  dimasukkan  agar  lebih  efisien dalam  penerusan  paket  (packet  forwarding),  agar  tidak  terlalu  ketat  dalam pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam paket IPv6 dan sangat fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header pilihan baru pada masa akan datang.
4.     Kemampuan Pelabelan Aliran Paket
Kemampuan  atau  fitur  baru  ditambahkan  pada  IPv6  ini  adalah memungkinkan  pelabelan  paket  atau  pengklasifikasikan  paket  yang  meminta penanganan khusus, seperti kualitas mutu layanan tertentu (QoS) atau real-time.
5.     Autentifikasi dan Kemampuan Privasi
Kemampuan tambahan untuk mendukung autentifikasi, integritas data dan data penting juga dispesifikasikan dalam alamat IPv6. Perubahan terbesar pada IPv6 adalah perluasan IP address dari 32 bit pada IPv4 menjadi 128 bit.128 bit ini adalah ruang address yang kontinyu dengan menghilangkan konsep kelas. Selain itu juga dilakukan perubahan pada cara penulisan IP address. Jika pada IPv4 32 bit dibagi menjadi masing-masing 8 bit yang dipisah kan dengan "." dan di tuliskan dengan  angka  desimal,  maka  pada  IPv6,  128  bit  tersebut  dipisahkan  menjadi masing-masing  16  bit  yang  tiap  bagian  dipisahkan  dengan  ":"dan  dituliskan dengan  hexadesimal.  Selain  itu  diperkenalkan  pula  struktur  bertingkat  agar pengelolaan routing menjadi mudah. Pada CIDR (Classless Interdomain Routing) table routing diperkecil dengan menggabungkan jadi satu informasi routing dari sebuah organisasi.
J.     Transisi IPv6
Untuk mengatasi kendala perbedaan antara IPv4 dan IPv6 serta menjamin terselenggaranya komunikasi antara pengguna IPv4 dan pengguna IPv6, maka dibuat  suatu  metode  Hosts-dual  stack  serta  Networks-Tunneling  pada perangkat jaringan, misalnya router dan server.
Gambar 2.7 Network - tunneling (IPv6 transition)

Jadi setiap router menerima suatu paket, maka router akan memilah paket tersebut untuk menentukan protokol yang digunakan, kemudian router tersebut akan meneruskan ke layer diatasnya.


K.   Contoh Infrastruktur IPv6
Gambar 2.8 Infrastruktur IPv6
Gambar 2.9 Infrastructur IPv6


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
IPv4 yang merupakan pondasi dari Internet telah hampir mendekati batas akhir  dari kemampuannya, dan IPv6 yang  merupakan  protokol  baru  telah dirancang  untuk  dapat menggantikan fungsi IPv4. Motivasi utama untuk mengganti IPv4 adalah karena keterbatasan dari panjang addressnya yang hanya 32 bit saja serta tidak mampu mendukung kebutuhan akan komunikasi yang aman, routing yang fleksibel maupun pengaturan  lalu  lintas  data. Keunggulan IPv6 dibandingkan  dengan  IPv4 diantaranya  yaitu setting  otomatis stateless dan statefull. Kemudian, dasar  migrasi perubahan   dari  Ipv4 ke Ipv6 diantaranya kapasitas perluasan alamat, penyederhanaan format header, option dan extension header, kemampuan pengkabelan aliran paket serta autentifikasi dan kemampuan privasi. Untuk mengatasi kendala perbedaan antara IPv4 dan IPv6  serta menjamin terselenggaranya komunikasi antara pengguna IPv4 dan pengguna IPv6, maka dibuat suatu metode Hosts-dual stack serta Networks-Tunneling pada hardware jaringan, misalnya router dan server
B.    Saran
1.     Address space IPv6 adalah sebuah sumber daya publik yang harus diatur dengan  hati-hati sehubungan dengan kepentingan internet jangka panjang. Manajemen  address space yang bertanggung jawab mencakup penyesuaian seperangkat tujuan yang kadang bersifat kompetitif.
2.     Walaupun IPv6 menyediakan pool address spaceyang sangat besar, kebijakan address sebaiknya menghindari  praktik yang sia-sia dan tidak perlu. Permohonan  address space sebaiknya didukung dengan dokumentasi yang sesuai dan penimbunan address yang tidak terpakai sebaiknya dihindari.
3.     Setiap  delegasi  dan/atau alokasi address space harus menjamin keunikan universal.  Ini merupakan persyaratan mutlak guna menjamin setiap host publik dapat diidentifikasikan secara unik di internet.


DAFTAR PUSTAKA
1.     Irvan Nasrun. 2005. “Mengenal Internet Protokol Masa Depan”. Majalah CHIP Spesial Networking, halaman 6.
2.     http://www.ipv6forum.com   diakses
3.     http://www.ipv6.org
4.     http://www.ipv6.research.microsoft.com
5.     Rahmat Rafiudin. 2005. “Ipv6 Addressing”. Jakarta : Gramedia.
6.     R. Mohamad Dikshie Fauzie. 2003. “Pengantar IPv6 dan Implementasinya pada  FreeBSD”.(http://www.ilmukomputer.com)
7.     http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-subnetting-menurut-desainer-internet-protocol/

2 komentar

Unknown 7 Mei 2015 pukul 17.13

terimakasih atas materinya massss.................

Unknown 11 April 2022 pukul 02.35

Casino Royale - Live Dealer Games - Virgin Games
Casino Royale is https://septcasino.com/review/merit-casino/ a live https://septcasino.com/review/merit-casino/ casino with https://tricktactoe.com/ a large, eclectic portfolio of casino games. casino-roll.com Players https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ can play this game with live dealers,

Posting Komentar